Pages

Tuesday, May 6, 2014

Daisy




Detik ini,waktu yang menunjukkan masih matinya kota si kalong....aku melakukan dansa di keyboard laptop ku,
meski anggota tubuh yang lain seperti ikut upacara bendera,tapi tangan dan jemariku lincah menari-nari bagai prenjak yang meloncat-meloncat dari dahan yang satu ke yang lain

Jemari ku memiliki tujuan,ya sebab profesi yang disandangnya saat ini adalah sebagai tukang pos yang mengantarkan beberapa uraian kata si hati ke dunia luar. Terkadang si mata lah yang menyampaikan puisi ciptaan sang hati,namun ku rasa si mata terlalu lelah untuk membaca puisi-puisi sendu yang tak berkesudahan,ya si mata bengkak kemerah-merahan,siksaan yang bagus hati,begitu mungkin gerutunya.

Tanpa ada gontai, jemariku menari-menari mengeposkan semua isi cerita si hati,vena dan arteri berbisik padaku secara bergantian bahwa si hati sedang terluka,dan aku hanya tersenyum mendengar berita itu...ah benarkah? Sudah punya obat? pertanyaan-pertanyaan sederhana itulah yang aku gunakan untuk menanggapi berita yang eemmm sudah menjadi "lagu lama". Yaa..karena seingatku si otak sudah ku perintahkan untuk menasehati si hati agar lebih berhati-hati dalam menerima "tamu"....jangan-jangan "tamu" itu tidak baik,jangan-jangan "tamu itu akan mencuri bagian hidupnya lalu membawanya lari,jangan-jangan "tamu" itu hanya mau merusaknya menusuk-nusuknya dan menyayat-nyayat sekujur dindingnya,maklum....banyak kasus psikopat akhir-akhir ini.
Tapi ku rasa "kegrusa-grusuan" si hati lah yang tak mau mendengarkan baik-baik si master logika yaitu si otak. Si otak pun bercerita padaku tentang si hati,katanya si hati itu terlalu "berperasaan", sulit bila hitungan logikanya disampaikan pada kekolotan perasaannya. Gunjingan-gunjingan organ dan anggota tubuh lain pun mulai merebak disini,menggerutu akan kekalutan yang mendera si hati,ya dialah yang mampu memotivasi semua rumah ini untuk semangat melakukan apa yang musti dilakukan,tapi bila dia sedang terluka semua akan terkena dampaknya,untung saja tidak lumpuh,begitu syukur si kaki.....

Karena kekacauan yang terjadi di rumah ini,aku sebagai sosok yang mendiaminya hampir seperempat abad ini ikut turun tangan.
ku cari si hati,entahlah memakan waktu cukup lama untuk menemukannya,saat aku berdiri di hamparan yang luas,menikmati padang bunga daisy...ya secara naluriah ku temukan dia termenung,ya si hati hanya termenung dan terdiam di sudut itu,matanya menerawang jauh,seakan sadar akan aku disitu,dia angkat bicara...

"Hey...sukma...Apa kabar?", sapanya lirih tanpa menatap padaku.

"Emm..yah..bbbaik...", jawabku dengan gugup,entah kenapa dia membuatku takjub,ada aura yang menarik siapapun saat menatapnya

Si hati menoleh dan menorehkan senyum padaku,dan.....inilah pertama kali aku menatap matanya,mata yang membuatku seakan tak mampu melayang.

"Apa kau juga akan menyalahkanku sukma? Menyalahkan akan sakitnya aku? Menyalahkan bahwa aku begitu bodoh?",suaranya menggelora menyapu angin yang semilir sejuk.

"Tidak,tidak....tapi....",aku terbata

Dia tersenyum lagi,sungguh dia memilikinya,memiliki aura itu,pesonanya sungguh tak pudar,meski banyak luka di dindingnya.

"Mungkin rumah ini hampir lumpuh,tapi tidak sukma,aku hanya beristirahat,aku beristirahat dari pembangunan yang baik untuk rumah ini....apa kau tau? Keputusan masa lalu adalah arsitek terbaik di masa depan, padang rumpun daisy ini aku peroleh dari keputusan ku di masalalu....memang sukma,aku sakit,aku memberikan separuh bagianku untuknya,tapi dia pergi begitu saja,dan itu membuatku sakit,sebab sekarang aku hanya memiliki separuh bagian. Tapi tak kau lihatkah? Rumah ini memiliki taman daisy yang cantik bukan? Daisy adalah lambang kediaman cinta sukma....dia mungil,tapi cantik,aku memeliharanya meski aku harus tertatih..tapi dengan keikhlasanku,taman ini sudah hampir jadi...dan,tenang saja,aku akan kembali ke singgasanaku,aku hanya perlu membersihkan puing-puingku,dan bersiap mebuka pintuku,untuk mempersembahkan singgasana dan taman ini untuk sang raja yang akan mengisi diri ini sukma...bersabarlah,semua akan indah pada waktunya."

Aku hanya bisa terkesiap mendengar alunan tutur katanya,meski dia terkenal keras,tapi memang benar bahwa makhluk bernama hati memiliki kelembutan yang tak terhingga,dia terlihat kokoh meski luka ada disekujur dindingnya,dia memiliki senyuman yang menawan meski dirinya diselimuti kesedihan,ohhh aku ingin sekali memeluk makhluk cantik itu. Baru ku sadari dia begitu mengagumkan,dan dia meliki segala keindahan di dunia ini.

"Kembalilah sukma...kembalilah ke tempatmu,bawalah berita gembira pada seluruh anggota rumah ini,bahwa taman ini segera jadi,bahkan aku ingin menambahkan beberapa bunga lagi untuk membuatnya semakin cantik,tapi katakan juga,saat kita ingin meraih keindahan kita perlu proses yang tak mudah,ku harap kalian mengerti,aku akan segera kembali sukma,nantilah....",begitu bisik anggun suaranya.

Lalu dia memberikan senyuman yang pasti dunia akan berlutut di hadapannya sebelum beranjak pergi dengan membawa semerbak wangi aroma nafasnya.

Aku berlari menuju tempatku,lalu ku teriakkan bahwa dia mengagumkan,dia indah,dia hanya perlu dorongan dan semangat dari seluruh anggota rumah ini agar impian kita menjadi nyata,agar kita sembuh dari kekalutan,ku tatap semua audiens di hadapanku,ku dendangkan lagu untuk memuji keindahannya,aku begitu memujanya. lalu tiba-tiba si otak berdiri di hadapanku lalu dia menyemburku
"Kau tau siapa yang ada di dalam dirinya saat ini,yang membuatmu begitu memujanya??? Sang Maha Cinta lah yang dia peluk erat sekarang,Sang Maha Cinta lah yang membuatnya begitu cantik..."

Aku terkejut,"Sang Maha Cinta?"

"Ya...Dzat yang menciptakanmu",jawabnya sambil pergi diikuti audiens yang lain.

aku terduduk lesu...lagi-lagi aku paling ketinggalan disini,begitu gerutuku sambil ku hamparkan sajadah panjang.

Lalu jemariku berhenti menari.....




No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com